
Ussindonesia.co.id , JAKARTA – Harga bitcoin (BTC) telah menguat dalam tujuh hari perdagangan terakhir. Reli ini diprediksi akan terus berlanjut hingga level psikologis baru US$110.000. Di saat yang sama, aset kripto sedang bergejolak merespons pernyataan The Fed yang bakal melonggarkan kebijakan quantitavie easing (QE).
Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan peristiwa ekonomi di Amerika Serikat (AS) berpotensi menjadi katalis besar untuk pasar minggu ini. Berdasarkan data coinmarketcap, harga BTC pada Selasa (11/11/2025) pukul 12.46 WIB dalam 7 hari terakhir naik 0,60% ke US$105.364.
“Peristiwa ekonomi di AS berpotensi menjadi katalis besar untuk pasar minggu ini. Bitcoin kini mendekati $106.000, dan data penting seperti consumer price index (CPI) serta angka pengangguran akan menentukan apakah harga mampu menembus level psikologis $110.000,” kata Fyqieh dalam risetnya, Selasa (11/11/2025.
Dalam catatannya, pagi hari ini pasar kripto menunjukkan tren positif dengan alternative coin (altcoin) yang memimpin reli harga di tengah meningkatnya optimisme investor.
: OJK Catat Nilai Transaksi Kripto Tembus Rp409 Triliun, Konsumen Capai 18,6 Juta
Misalnya, Uniswap (UNI) melonjak 46% ke $9,65, Alchemy Pay (ALCH) menguat 28% ke $0,1237, dan WLFI naik 21% ke $0,1538. Penguatan ini diprediksi akan terus berlanjut seiring dengan potensi aliran modal yang masuk ke aset digital usai pasar bereaksi atas pernyataan Bank Sentral AS.
“Kemungkinan pernyataan The Fed terkait pelonggaran QE dapat membuka arus likuiditas baru ke aset digital,” tandasnya.
Sebagai konteks, QE adalah kebijakan yang dilakukan The Fed untuk menambah likuiditas di sistem keuangan ketika ekonomi sedang lesu. Dalam kebijakan ini, The Fed membeli surat utang pemerintah dan obligasi berbasis hipotek dari pasar.
Dengan cara itu, uang tunai mengalir ke perbankan dan lembaga keuangan, membuat suku bunga turun dan kredit lebih mudah diakses. Kebijakan QE pertama kali digunakan besar-besaran saat krisis keuangan 2008 dan kembali dijalankan pada masa pandemi COVID-19 untuk menstabilkan pasar keuangan.
Adapun, kebijakan QE ini adalah kebalikan dari quantitative tightening (QT), kebijakan di mana Bank Sentral mengurangi jumlah uang beredar dengan menjual obligasi pemerintah atau membiarkannya jatuh tempo tanpa reinvestasi. Ketika QT berjalan, likuiditas global cenderung turun, suku bunga naik dan investor menghdari aset berisiko seperti kripto.
The Fed sendiri mengisyaratkan akan mengakhiri program QT mulai 1 Desember 2025. “Pernyataan Fed tentang QE ini dapat memicu likuiditas kripto baru,” ujarnya menambahkan.
: Prediksi Masa Depan Bitcoin Akhir Tahun 2025, Buy or Sell?
Pergerakan pasar kripto dalam 24 jam pun terlihat, di mana pasar mengalami lonjakan 4%. Fyqieh mencatat, dalam sehari ini ada aliran arus dari whale yang memindahkan jutaan aset BTC, ETH, LINK dan ZEC.
Whale adalah individu atau entitas yang memiliki jumlah aset kripto dalam jumlah yang sangat besar hingga mampu mempengaruhi pergerakan harga di pasar.
Aktivitas whale yang memindahkan aset dalam jumlah besar ini memicu volatilitas tajam di pasar kripto. Sebagian menjual BTC, sebagian membeli LINK, sementara trader besar di pasar derivatif berhasil meraup untung besar dari pergerakan ETH.
“Whale Bitcoin mengirim lebih dari US$110 juta ke bursa kripto, sementara dompet baru yang menarik US$2,9 juta aset LINK. Ini menandakan strategi beragam. Sementara perdagangan derivatif berfluktuasi liar, beberapa rugi jutaan di-short, sementara Anti-CZ Whale untung lebih dari US$15 juta di long ETH,” pungkasnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.