Mayoritas harga saham IPO 2025 menjulang, begini prospek IPO pada 2026

Ussindonesia.co.id  JAKARTA. Mayoritas saham-saham dari emiten pendatang baru yang Initial Public Offering (IPO) 2025 mengalami lonjakan harga yang signifikan. Hajatan IPO pada 2026 pun diyakini bakal lebih ramai terlepas adanya sejumlah aturan baru di bursa.

Seperti yang diketahui, dari 25 emiten yang baru IPO pada 2025, sebanyak 16 emiten di antaranya mencatat kenaikan harga saham yang tajam, bahkan hingga ratusan atau ribuan persen.

Sebagai contoh, ada PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) yang harga sahamnya meroket 3.990% sejak awal pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga penutupan perdagangan Kamis (11/12) di level Rp 4.090 per saham.

Target Penghimpunan Dana Terlampaui, OJK Masih Kantongi 16 Rencana IPO

Kemudian, ada PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) yang mencatatkan kenaikan harga saham mencapai 895,65% ke level Rp 11.450 per saham.

Contoh lainnya adalah saham PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) yang harganya melonjak 873,68% ke level Ro 1.850 per saham.

Analis Fundamental BRI Danareksa Sekuritas Abida Massi Armand mengatakan, peningkatan tajam harga sejumlah saham IPO tahun ini sebagian besar didorong oleh dinamika mikrostruktural pasar, terutama adanya mini-float atau jumlah saham beredar yang sangat kecil setelah pencatatan di BEI.

“Dengan pasokan saham yang terbatas, sedikit saja permintaan dapat memicu kenaikan harga berlipat-lipat,” ujar dia, Kamis (11/12/2025).

Meski begitu, sebagian emiten pendatang baru sebenarnya berada pada sektor industri yang menarik dan menunjukkan perbaikan dari sisi fundamental.

Namun, kembali lagi, besarnya lonjakan harga saham hingga melampaui ekspektasi kinerja bisnis atau prospek sektoral menjadi penanda bahwa banyak pergerakan harga saham IPO cenderung bersifat spekulatif.

Tren IPO Dinilai Tetap Ramai Meski Ada Perubahan Regulasi

Managing Director Research dan Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia Harry Su juga menilai, kenaikan harga signifikan pada saham-saham IPO 2025 lebih banyak didorong oleh faktor sentimen.

Misalnya, harga saham COIN yang melesat tinggi dipengaruhi oleh hype di sektor industri kripto, di mana pelaku pasar sangat antusias terhadap potensi pertumbuhannya.

Saham CDIA juga melesat berkat keterkaitannya pada sektor infrastruktur dan energi sekaligus koneksi strategis dengan emiten besar lainnya dalam ekosistem Grup Barito.

Adapun saham RATU melesat berkat ekspektasi atas agenda ekspansi akuisisi hak partisipasi blok migas besar tanpa kewajiban operasional pada tahap awal.

Peluang IPO 2026

Harry yakin, tren IPO pada 2026 kemungkinan akan lebih semarak dengan jumlah emiten baru yang lebih banyak.

Faktor pendorong utamanya berasal dari sentimen pasar yang positif, kemajuan pasar modal dalam negeri, dan adanya sektor-sektor baru yang menarik minat investor seperti teknologi dan energi terbarukan.

“Kemungkinan peningkatan minat terhadap IPO akan didorong oleh tren diversifikasi sektor dan dukungan kebijakan pemerintah,” imbuh dia, Rabu (10/12).

Selain itu, kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang akan meningkatkan porsi free float pada 2026 berpotensi mempengaruhi tren IPO.

Harry menilai, peningkatan free float akan menambah likuiditas pasar lantaran bakal lebih banyak saham yang tersedia untuk diperdagangkan. Pada akhirnya, hal itu akan menarik investor institutsi dan asing.

“Namun, kebijakan ini bisa memperlambat lonjakan harga saham IPO pada awal perdagangan, karena lebih banyak saham yang beredar di pasar,” ungkap dia.

Harry juga menyoroti aturan terbaru OJK terkait alokasi penjatahan efek dalam IPO, yang mana sekarang investor ritel mendapatkan porsi alokasi penjatahan yang setara dengan investor non-ritel dengan rasio 1:1.

Mandiri Sekuritas Bawa IPO Jumbo di 2026, Lebih Besar Dari Lighthouse Company!

Abida juga menyebut, prospek IPO pada 2026 bakal lebih ramai. Hal ini didukung oleh fondasi makro domestik yang solid dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi sekitar 5,3% dan ekspektasi penurunan suku bunga acuan yang meningkatkan likuiditas pasar.

Ditambah lagi, BEI juga menargetkan lebih banyak lighthouse company, emiten dengan skala besar, hingga perusahaan konglomerat untuk melantai di bursa.

“Masuknya calon emiten jumbo ini berpotensi memperdalam pasar modal dan meningkatkan kualitas profil IPO pada 2026,” jelas dia.

Setali tiga uang, Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan memperkirakan akan ada peningkatan jumlah emiten baru yang IPO di BEI, termasuk dari kategori lighthouse company.

Hal ini didukung oleh stabilisasi makro pasca penurunan suku bunga acuan global dan domestik, sehingga akan menciptakan lingkungan pendanaan lebih kondusif yang pada akhirnya akan mendorong minat perusahaan untuk IPO.

Penawaran Umum Dibuka Hari Ini (10/12), Siap-Siap Berebut IPO Saham SUPA

Di samping itu, saat ini pemerintah mendorong percepatan pembangunan dan industrialisasi, termasuk hilirisasi mineral, digitalisasi, dan infrastruktur.

Faktor tersebut akan menciptakan pipeline calon emiten IPO dari sektor-sektor yang memiliki narasi kuat atau sejalan dengan agenda pemerintah.

“Lighthouse companies dengan jaringan bisnis luas berpotensi muncul karena valuasi pasar publik semakin menarik dibandingkan pendanaan privat,” tandas dia, Kamis (11/12).