IHSG Bullish: Analisis Lengkap & Faktor Pendorong Kenaikan Saham

Ussindonesia.co.id , JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan performa yang mengesankan pada perdagangan sesi I hari ini, Selasa (12/8/2025). Melesat kuat, IHSG berhasil mencapai posisi tertingginya sepanjang tahun berjalan 2025, bertengger di level 7.745,73.

Penguatan pasar yang signifikan ini turut mendorong sejumlah saham dari Papan Pengembangan melaju kencang. Tercatat, PT PP Presisi Tbk. (PPRE) memimpin dengan lonjakan harga saham sebesar 34,18% ke level Rp106 per lembar pada perdagangan tengah hari. Tak kalah cemerlang, emiten rumah sakit swasta PT Cipta Sarana Medika Tbk. (DKHH) juga memuncaki daftar top gainers dengan kenaikan fantastis 29,49% ke Rp101 per lembar. Sementara itu, di posisi ketiga, PT Impack Pratama Industri Tbk. (IMPC) mencatatkan apresiasi sebesar 25% ke Rp825 per lembar, menandakan penguatan akumulatif hingga 65% dalam sepekan perdagangan.

Tidak hanya saham-saham di Papan Pengembangan, emiten perbankan dengan kapitalisasi pasar besar atau saham blue-chip juga turut berkontribusi pada kenaikan IHSG. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), misalnya, mencatatkan kenaikan 3,60% ke Rp4.890. Disusul oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang menguat 3,94% ke Rp3.960, dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang menanjak 2,63% ke Rp8.775.

Menurut Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, laju positif IHSG pada sesi pertama perdagangan hari ini mengindikasikan adanya korelasi positif antara kondisi geopolitik global dengan pasar modal domestik. Penguatan ini bukan tanpa alasan, seiring dengan sejumlah katalis eksternal yang memberikan sentimen positif.

Nafan menjelaskan, perpanjangan gencatan tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China hingga 90 hari menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan IHSG hari ini. Selain itu, rencana pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin yang dijadwalkan pada 15 Agustus mendatang juga turut menyuntikkan optimisme ke dalam kondisi pasar dalam negeri. Para pelaku pasar juga tengah menantikan rilis data Consumer Price Index (CPI) AS yang diprediksi akan menunjukkan kenaikan, seiring dengan kebijakan tarif yang diterapkan oleh pemerintahan Trump.

Di sisi lain, Nafan menambahkan bahwa aksi beli investor asing (net foreign buy) telah mulai terlihat secara harian sejak awal Agustus 2025. Secara historis, aliran masuk modal asing memang kerap terjadi pada paruh kedua tahun ini. “Biasanya semester kedua 2025, net foreign buy mulai terjadi secara daily. Apalagi memanfaatkan potensi IHSG sepanjang Agustus, yang kalau kita lihat secara lima tahun terakhir, masih dalam keadaan bullish,” ungkapnya.

Dari perspektif domestik, Nafan menegaskan bahwa untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi pada 2025, pemerintah perlu secara proaktif menggenjot realisasi investasi. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan kemudahan perizinan dan regulasi yang lebih kondusif bagi calon investor, sehingga menarik lebih banyak penanaman modal di dalam negeri.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Ringkasan

IHSG mencatatkan performa yang kuat pada perdagangan sesi I, mencapai level tertinggi di tahun 2025, yaitu 7.745,73. Kenaikan ini didorong oleh penguatan saham-saham dari Papan Pengembangan, seperti PPRE, DKHH, dan IMPC, serta saham blue-chip perbankan seperti BMRI, BBRI, dan BBCA.

Menurut analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, penguatan IHSG ini dipengaruhi oleh sentimen positif dari kondisi geopolitik global. Faktor pendorongnya termasuk perpanjangan gencatan tarif AS-China, rencana pertemuan Trump-Putin, dan ekspektasi kenaikan CPI AS. Selain itu, aksi beli investor asing dan potensi bullish IHSG di bulan Agustus turut berkontribusi.