Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Di balik euforia 48 tahun aktivasi kembali pasar modal Indonesia, ternyata masih menyimpan sejumlah tantangan bagi pelakunya. Salah satunya adalah aksi penawaran umum (initial public offering/IPO) yang kian sepi peminat dalam beberapa tahun terakhir.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut masih ada 13 calon perusahaan tercatat yang berada dalam pipeline penawaran umum OJK.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan aktivitas penghimpunan dana di pasar modal telah mencapai Rp144,7 triliun, dengan 16 emiten baru.
: BREN, DSSA hingga PANI Masuk 10 Saham Penopang IHSG di HUT ke-48 Pasar Modal
“Masih terdapat 13 perusahaan dalam pipeline IPO, dengan nilai indikatif mencapai Rp16,65 triliun,” kata Mahendra dalam sambutan Pembukaan Perdagangan dalam Rangka 48 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia, di gedung BEI, Jakarta, Senin (11/8/2025).
Adapun, dalam pipeline IPO BEI, sampai dengan 8 Agustus 2025, tercatat 22 perusahaan yang sudah mencatatkan saham di BEI, dengan dana yang dihimpun sebesar Rp10,39 triliun.
: : Usia Pasar Modal 48 Tahun Wujudkan Daulat Ekonomi Majukan Indonesia
Sampai saat ini, terdapat 7 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham Bursa Efek Indonesia. Sebanyak empat perusahaan aset skala menengah atau aset di antara Rp50 miliar sampai Rp250 miliar, dan tiga perusahaan aset skala besar atau aset di atas Rp250 miliar.
Akan tetapi, jumlah perusahaan yang melakukan IPO tercatat makin menurun dalam lima tahun terakhir. Berdasarkan data yang dihimpun, IPO di pasar modal pada 2020 mencapai 51 perusahaan, dengan sempat mencapai puncak pada 2023 dengan 79 perusahaan, dan mulai menurun pada 2024 dengan 41 perusahaan.
: : HUT ke-48 Pasar Modal Indonesia, IHSG Ditutup Menguat 0,96% ke 7.605
Melihat sejumlah tantangan tersebut, ditambah dengan volatilitas pasar global yang bisa terjadi hingga akhir 2025, Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Indonesia dan OJK disebut tengah melaksanakan agenda non-deal roadshow di luar negeri.
Mahendra Siregar menyampaikan bahwa kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya meningkatkan daya tarik dan memajukan pasar modal Indonesia di mata investor global.
Agenda ini, kata Mahendra, turut dihadiri oleh Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara bersama tim Danantara Indonesia.
“Pak Mirza bersama tim dari Danantara saat ini sedang non-deal roadshow di luar negeri, tujuannya tidak lain untuk meningkatkan dan memajukan pasar modal Indonesia,” ujar Mahendra.
Sebagaimana diketahui, agenda non-deal roadshow biasanya melibatkan pertemuan dengan calon investor institusi maupun pelaku pasar internasional.
Pertemuan itu bertujuan untuk memaparkan prospek ekonomi, perkembangan pasar modal, serta peluang investasi di Indonesia. Meski demikian, agenda ini tanpa disertai penerbitan atau penawaran instrumen investasi tertentu.
Mahendra menyatakan perjalanan pasar modal Indonesia selama 48 tahun ini menandai kesiapan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai dinamika.
Menurutnya, di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi dan diperkirakan terus berlanjut dalam beberapa waktu ke depan, Indonesia menunjukkan ketahanan ekonomi yang kuat.
Pasar modal, lanjut Mahendra, juga berperan penting dalam menopang stabilitas ekonomi sekaligus mampu menunjukkan resiliensi dan adaptasi.
Pasar Modal Diserbu Investor Milenial
Di sisi lain, pasar modal Indonesia sebenarnya memiliki pondasi yang cukup kuat dari sisi investor domestik.
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) melaporkan jumlah investor pasar modal Indonesia tahun ini telah bertambah 2,7 juta menjadi 17,59 juta Single Investor Identification (SID).
Direktur Utama KSEI Samsul Hidayat memaparkan hingga 8 Agustus 2025 jumlah SID pasar modal mencapai 17.590.106, tumbuh 18% atau 2,7 juta dibanding jumlah SID per akhir 2024 sebanyak 14.871.639.
Dalam perkembangannya, jumlah SID pasar modal bertumbuh signifikan dari jumlahnya sebanyak 7.489.337 per akhir 2021, dan pada 2023 bertambah menjadi 12.168.061 SID.
“Saya kira lompatan yang dilakukan pasar modal kita dalam 5 tahun terakhir jauh melebihi tahun-tahun sebelumnya. Ini disebabkan dan didukung oleh segala infrastruktur yang sudah ada dan perkembangan ekonomi secara keseluruhan,” kata Samsul.
Ditinjau dari profilnya, 50% investor di Indonesia didominasi oleh kalangan yang berusia di bawah 30 tahun, 52% investor memiliki penghasilan Rp10-100 juta dan 61% berprofesi sebagai pegawai.
“Ini suatu modal yang cukup kuat bagi kita, dan optimisme kita bahwa market ke depan akan semakin maju dan berkembang karena didominasi oleh banyak kaum muda, kaum milenial dan gen Z,” ujarnya.