Pemerintah Indonesia siap menggelar penawaran Sukuk Ritel seri SR023 yang dinanti-nanti, dijadwalkan berlangsung dari 22 Agustus hingga 12 September 2025. Penawaran surat berharga negara (SBN) jenis syariah ini akan tersedia dalam dua pilihan tenor: SR023 dengan tenor 3 tahun dan SR023 dengan tenor 5 tahun, keduanya menawarkan jenis kupon fixed rate yang stabil.
Menjelang penawaran ini, Kepala Ekonom BCA, David Sumual, memberikan pandangannya terkait potensi suku bunga. Menurutnya, Bank Indonesia (BI) masih memiliki ruang untuk memangkas suku bunga acuan tambahan sebesar 25 hingga 50 basis poin (bps) hingga akhir tahun, terutama jika Federal Reserve (Fed) juga menurunkan suku bunganya. Kondisi ini diperkirakan akan memperkuat tren penurunan imbal hasil di pasar obligasi pemerintah.
“Dengan arah kebijakan moneter yang cenderung longgar dan tren penurunan yield SBN, kupon SR023 berpotensi ditetapkan lebih rendah dibanding seri sebelumnya,” ujar David kepada Kontan, Selasa (12/8/2025). Sebagai perbandingan, SR022 tenor 3 tahun (SR022T3) ditawarkan dengan kupon 6,45% dan SR022 tenor 5 tahun (SR022T5) sebesar 6,55% pada 23 Juni 2025. Saat itu, acuan yield SBN tenor 5 tahun berada di level 6,46%.
Saat ini, acuan yield SBN 5 tahun telah turun signifikan menjadi 6,04%, menyusul pemangkasan BI Rate sebesar 25 bps dan meningkatnya ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga lanjutan. David Sumual menambahkan, “Dengan kondisi ini, kupon SR023 kemungkinan akan berada di bawah SR022, mendekati kisaran yield SBN saat ini agar tetap kompetitif bagi investor sekaligus efisien bagi pemerintah.”
Meski kupon diproyeksikan lebih rendah, David menilai SR023 tetap akan sangat kompetitif dibandingkan instrumen investasi berisiko rendah lainnya. Di tengah tren penurunan suku bunga, fitur fixed rate pada SR023 memungkinkan investor untuk mengunci imbal hasil yang relatif tinggi hingga jatuh tempo. Sementara itu, instrumen lain seperti deposito bank cenderung menurun mengikuti pergerakan suku bunga acuan. Dengan bunga deposito yang kini lebih rendah, SR023 menjadi pilihan yang jauh lebih menarik, apalagi dengan keuntungan kupon bulanan dan tarif pajak yang lebih rendah.
David juga menyoroti potensi minat investasi rumah tangga yang tinggi, yang diperkirakan dapat mendorong permintaan SR023 di tengah tren penurunan suku bunga. Sukuk Ritel menawarkan tenor relatif pendek (3 atau 5 tahun), keamanan tinggi karena dijamin penuh oleh negara, serta fleksibilitas untuk dijual kembali di pasar sekunder sebelum jatuh tempo. “Karakteristik ini sangat sesuai dengan kebutuhan investor ritel yang mengutamakan keamanan, imbal hasil yang menarik, dan likuiditas,” imbuhnya.
Lebih lanjut, David mengidentifikasi beberapa sentimen yang dapat memengaruhi minat investor terhadap SR023. Pertama, arah kebijakan BI, di mana ekspektasi pemangkasan suku bunga membuat fitur fixed rate menjadi sangat menarik. Kedua, tren yield SBN; penurunan yield meningkatkan urgensi investor untuk segera mengunci kupon pada tingkat yang menguntungkan. Terakhir, likuiditas pasar domestik yang tinggi, yaitu ketersediaan dana rumah tangga yang melimpah, dapat mendorong kuat permintaan terhadap SR023.
Sebagai informasi, sebelumnya pemerintah telah berhasil menetapkan Hasil Penjualan Sukuk Ritel Seri SR022 pada 23 Juni 2025, dengan total nilai Rp 27.843.417.000.000. Penjualan ini terdiri dari seri SR022T3 (Tenor 3 Tahun) sebesar Rp 20.986.154.000.000 dan seri SR022T5 (Tenor 5 Tahun) sebesar Rp 6.857.263.000.000. Sukuk Ritel Seri SR022, yang diterbitkan tanpa warkat dan bersifat tradable, menawarkan tingkat imbalan tetap (fixed rate) sebesar 6,45% per tahun untuk seri SR022T3 dan 6,55% per tahun untuk seri SR022T5.
Ringkasan
Pemerintah Indonesia akan menawarkan Sukuk Ritel seri SR023 pada 22 Agustus – 12 September 2025, dengan dua pilihan tenor: 3 dan 5 tahun, dan kupon fixed rate. Kepala Ekonom BCA, David Sumual, memperkirakan kupon SR023 berpotensi lebih rendah dari seri sebelumnya (SR022), karena Bank Indonesia diperkirakan masih akan memangkas suku bunga acuan.
Meskipun kupon diproyeksikan lebih rendah, SR023 tetap menarik dibandingkan instrumen investasi berisiko rendah lainnya, terutama karena fitur fixed rate di tengah tren penurunan suku bunga. David juga menyoroti potensi minat investasi rumah tangga yang tinggi karena tenor pendek, keamanan terjamin, dan fleksibilitas untuk dijual di pasar sekunder.