Rupiah Melemah Seiring Banyak Pejabat The Fed Kekeh Pertahankan Suku Bunga

Pelemahan nilai tukar rupiah menjadi sorotan utama pasar keuangan pada Jumat (22/8/2025). Mata uang Garuda ditutup melemah signifikan, tertekan oleh sikap bank sentral Amerika Serikat, The Fed (Federal Reserve), yang masih kukuh mempertahankan suku bunga tinggi di tengah kondisi inflasi yang belum mereda.

Analis mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, menyoroti bahwa banyak pejabat Federal Reserve tetap berpegang teguh pada kebijakan suku bunga ketat ini. “Banyak gubernur bank sentral Amerika yang masih kekeh mempertahankan suku bunga karena kondisi inflasi yang masih tinggi,” jelas Ibrahim dalam keterangannya di Jakarta. Meskipun demikian, ada juga pihak yang memprediksi The Fed akan melonggarkan kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) September 2025.

Di tengah situasi ini, Gubernur The Fed Jerome Powell menghadapi tekanan politik dari mantan Presiden AS Donald Trump. Mengutip Anadolu, Trump secara terbuka menyerukan pemangkasan suku bunga, meyakini bahwa langkah tersebut sangat dibutuhkan untuk perekonomian AS. Namun, Powell menegaskan bahwa belum ada keputusan final terkait pemangkasan suku bunga pada September mendatang, dan The Fed akan mempertimbangkan semua informasi serta data yang tersedia sebelum mengambil keputusan dalam pertemuan FOMC bulan depan.

Tekanan dari Donald Trump ini berdampak pada pasar uang. Menurut Ibrahim, ancaman Trump untuk memecat Gubernur Bank Sentral AS jika suku bunga tidak dipangkas telah memicu penguatan kembali dolar AS. Anadolu melaporkan bahwa meskipun masa jabatan Jerome Powell baru akan berakhir Mei 2026, Pemerintah AS di bawah Trump berupaya mempercepat proses tersebut demi kebijakan suku bunga yang lebih rendah.

Pada penutupan perdagangan Jumat di Jakarta, nilai tukar rupiah mencatat pelemahan 63 poin atau 0,38 persen, mencapai Rp 16.351 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp 16.288 per dolar AS. Senada dengan itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga menunjukkan pelemahan ke level Rp 16.340 per dolar AS, dari sebelumnya Rp 16.283 per dolar AS, mengindikasikan tekanan berkelanjutan terhadap mata uang domestik.