JAKARTA — Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dengan cepat menanggapi kekhawatiran pasar keuangan terkait pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar Rupiah, menyusul kabar mundurnya Sri Mulyani. Dengan tegas, Purbaya meyakinkan publik bahwa ia bukanlah sosok asing di ranah pasar modal dan finansial.
Berbicara di Kantor Kementerian Keuangan Jakarta pada Senin (8/9/2025) sore, Purbaya menekankan rekam jejaknya yang panjang. “Mungkin pasar belum tahu, saya ini orang pasar. Saya di pasar sudah berapa lama ya? Sejak tahun 2000, jadi lebih dari 15 tahun,” ungkapnya. Ia bahkan mengenang masa-masa saat ia sering “dimarahi” oleh Wakil Menteri Keuangan Anggito, yang kala itu merupakan atasannya, sebuah bukti pengalaman mendalamnya di sektor ini.
Keyakinan Purbaya juga berakar pada kekuatan tim di Kementerian Keuangan yang ia pimpin. Ia menyoroti pengalaman kolektif para pejabatnya: “Pak Anggito lama di pasar, Pak Thomas sudah lama juga di sini. Beliau teman saya sejak tahun 2000, kami dulu mengajar bareng di UI. Pak Heru juga teman lama, ahli di Bea Cukai,” ujarnya. Kombinasi keahlian dan pengalaman ini, menurutnya, menciptakan fondasi yang kokoh.
Dengan tim yang solid dan berpengalaman, Purbaya yakin kementeriannya memiliki instrumen yang memadai untuk menstabilkan dan membenahi sistem keuangan. “Jadi kalau kita mau membenahi, memperbaiki, mengoptimalkan, rasanya kita punya instrumen yang cukup untuk memperbaiki bersama-sama,” paparnya. Meski demikian, ia jujur mengakui bahwa ia masih baru dalam posisi ini dan belum mengambil keputusan besar, yang ia sebut sebagai “semacam kode, boleh atau nggak?” untuk mengeksplorasi kebijakan baru.
Purbaya menegaskan bahwa ia tidak akan melakukan perubahan sistem secara drastis, sebuah pendekatan yang seringkali dilakukan pemimpin baru. “Biasanya kelemahan pemimpin baru itu begini, yang lama di-obrek-obrek, dibuat baru lagi, seolah mau bikin tonggak sejarah baru. Saya tidak akan pakai pendekatan seperti itu,” tegasnya. Sebaliknya, strateginya adalah mengoptimalkan sistem yang sudah ada agar dapat bekerja lebih efektif. “Yang berhenti, kita jalankan. Yang sudah jalan, kita percepat. Jadi mesinnya bukan mesin baru, tapi mesin lama yang kita buat lebih baik lagi,” tambahnya.
Sentimen pasar memang terpantau bergejolak pada hari yang sama. IHSG berbalik arah ke zona merah pada perdagangan intraday sesi kedua, Senin (8/9/2025). Kondisi ini terjadi menjelang pengumuman reshuffle kabinet dan pelantikan menteri-menteri baru di bawah pemerintahan Prabowo Subianto, yang turut memicu ketidakpastian di kalangan investor.
Hingga pukul 15.43 WIB, IHSG tercatat melemah 0,63 persen ke level 7.818,12. Pelemahan ini semakin dalam, bahkan mencapai lebih dari 1 persen hanya dalam beberapa menit, tepatnya pada pukul 15.47 WIB, menunjukkan respons pasar yang cukup sensitif terhadap dinamika politik dan ekonomi terkini.