Sri Mulyani Diganti dari Menkeu, Pasar Saham Berbalik Arah

PIKIRAN RAKYAT – Sebuah keputusan signifikan telah diambil Presiden Prabowo Subianto dengan mengumumkan reshuffle Kabinet Merah Putih. Langkah ini mencakup penggantian posisi kunci Menteri Keuangan (Menkeu) yang sebelumnya dijabat oleh Sri Mulyani Indrawati. Kini, kursi strategis tersebut dipercayakan kepada Purbaya Yudhi Sadewa, yang sebelum penunjukannya menjabat sebagai Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Pengumuman reshuffle ini sontak memicu beragam tanggapan dari kalangan pengamat ekonomi. Fadhil Hasan, seorang ekonom dari Indef, mengakui bahwa sepanjang masa kepemimpinannya, Sri Mulyani dihormati oleh dunia usaha dan lembaga internasional atas keberhasilannya menjaga stabilitas kebijakan fiskal Indonesia. Namun, Fadhil juga mengamati adanya penurunan kredibilitas kebijakan fiskal dalam beberapa tahun terakhir, yang dinilainya akibat kecenderungan mengakomodasi keinginan Presiden Jokowi.

Reshuffle Kabinet Merah Putih: Jabatan Menkeu Sri Mulyani Diganti Jadi Purbaya Yudhi Sadewa

Fadhil Hasan menekankan pentingnya menghindari persepsi publik yang keliru, yakni bahwa penggantian Sri Mulyani terjadi karena kebijakan yang dianggap tidak pro-rakyat. Jika anggapan negatif semacam itu meluas, ia khawatir dapat memicu reaksi merugikan dari pasar keuangan dan para investor, berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi nasional. Mengenai sosok Purbaya Yudhi Sadewa, Fadhil menilai Purbaya sebagai seorang ekonom yang kompeten dan memahami persoalan-persoalan fundamental. Namun, ia menyoroti bahwa Purbaya belum memiliki pengalaman langsung yang memadai dalam mengelola fiskal dan ekonomi secara makro. “Jadi bisa dikatakan dia bukan pilihan terbaik. Masih ada pilihan yang lebih baik, misalnya, Wamennya Suahasil,” ungkap Fadhil, memberikan pandangan kritis terhadap penunjukan tersebut.

Pasar Keuangan Bereaksi Negatif

Kekhawatiran para pengamat terbukti nyata, sebab kabar reshuffle kabinet ini, khususnya pergantian Menkeu, langsung memberikan efek substansial pada pasar keuangan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tiba-tiba berbalik arah dan anjlok drastis menjelang penutupan perdagangan pada Senin (7/9/2025). IHSG ditutup melemah tajam 100 poin, atau setara dengan 1,28 persen, berada pada posisi 7.766. Sepanjang hari itu, IHSG bergerak di rentang 7.766 (terendah) hingga 7.934 (tertinggi), dengan total transaksi mencapai Rp14,06 triliun dan frekuensi perdagangan sebanyak 1,9 juta kali.

Dampak negatif ini sejajar dengan prediksi yang sebelumnya telah disampaikan oleh Manajer Riset dan Pengetahuan The Prakarsa, Roby Rushandie. Ia telah memperkirakan bahwa jika Sri Mulyani benar-benar mundur dari posisinya, pasar keuangan akan mengalami guncangan. “Kalau saya perkirakan jika benar-benar mundur, ya, market akan anjlok juga pasar saham, kemudian rupiah dan juga pasar obligasi,” ujarnya, menegaskan korelasi kuat antara posisi Sri Mulyani dengan sentimen pasar.

Investor Pasar Modal Didominasi Usia Muda di Bawah 30 Tahun

Senada dengan Roby, Direktur Eksekutif Indef, Esther Sri Astuti, turut menguatkan pernyataan tersebut. Ia menjelaskan bahwa secara empiris, setiap pengumuman politik yang memiliki bobot signifikan cenderung berdampak langsung pada nilai tukar mata uang dan pergerakan IHSG. “Jadi, kemungkinan kalau Ibu Sri Mulyani mundur itu pasti akan berdampak pada depresiasi rupiah, ya, terhadap dolar AS dan tentunya IHSG,” kata Esther, menyoroti potensi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Di tengah gejolak pasar ini, sejumlah saham mencatat penurunan yang signifikan dan masuk dalam daftar top losers, di antaranya HUMI, IOTF, MINA, dan GZCO. Sementara itu, beberapa saham justru mampu menunjukkan kinerja positif dan terdaftar sebagai top gainers, meliputi LAJU, BAPA, CBRE, dan PPRI. Dinamika ini memperlihatkan respons cepat pasar terhadap perubahan kepemimpinan di sektor ekonomi nasional.***